Publikasi

/

Pojok BAST

Pojok BAST

Hari Kearsipan ke-54 dan Hari Kebangkitan Nasional 2025: Dari Aceh, Menjaga Memori Bangsa, Menyulut Semangat Kebangkitan

Tim BAST

20 May 2025

27

0

Hari Kearsipan ke-54 dan Hari Kebangkitan Nasional 2025: Dari Aceh, Menjaga Memori Bangsa, Menyulut Semangat Kebangkitan

Banda Aceh, 20 Mei 2025 - Peringatan Hari Kearsipan ke-54 yang bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional ke-117 menjadi momentum bersejarah bagi bangsa Indonesia untuk menegaskan kembali pentingnya menjaga arsip sebagai fondasi peradaban. Di Aceh tanah para pahlawan, pusat sejarah dan spiritualitas, wilayah kaya sumber daya alam dan jejak budaya dunia peringatan ini menjadi panggilan kebangsaan: merawat ingatan, memperkuat identitas, dan menyalakan semangat kebangkitan dari bumi paling barat Nusantara.

Dengan mengusung tema “Prakarsa Mahardika: Ekosistem Kearsipan Digital untuk Pemerintahan Berdayaguna, Kemajuan Ilmu Pengetahuan, dan Budaya Bangsa”, Hari Kearsipan menegaskan peran strategis arsip dalam transformasi pemerintahan dan pembangunan nasional. Aceh menjawab tantangan ini dengan langkah konkret melalui kiprah Balai Arsip Statis dan Tsunami (BAST) ANRI Aceh, yang mengelola dan merawat arsip penting, termasuk warisan dokumenter yang kini diakui dunia.

Aceh telah mencatatkan tiga warisan dokumenter dalam Register Memory of the World (MoW) UNESCO, yakni:

1. Arsip Tsunami Samudera Hindia 2004,

2. Hikayat Aceh, dan

3. Syair-Syair Hamzah Fansuri.

Ketiganya merupakan simbol kekuatan memori, ketangguhan menghadapi bencana, dan kemuliaan sastra spiritual yang lahir dari bumi rencong.

Aceh bukan hanya tanah bencana, tetapi juga tanah kebangkitan. Dari sinilah lahir para pahlawan nasional yang tercatat dalam tinta emas sejarah bangsa: Teuku Umar, Tengku Cik Di Tiro, Cut Nyak Dien, Cut Meutia, hingga Sultan Iskandar Muda, sosok pemimpin besar yang membawa kejayaan Aceh hingga ke kancah dunia. Warisan mereka hidup dalam naskah, syair, dan strategi perjuangan yang kini menjadi bagian dari memori kolektif bangsa yang dijaga dalam wujud arsip.

Selain kekayaan sejarah, Aceh juga diberkahi potensi alam melimpah: dari kopi Gayo yang harum di mancanegara, minyak dan gas alam yang strategis, hingga lanskap alam dan budaya yang eksotis. Semuanya menegaskan bahwa Aceh bukan hanya penjaga masa lalu, tetapi juga penentu arah masa depan.

Hari Kearsipan dan Hari Kebangkitan Nasional adalah momen pengingat sekaligus pemicu. “Dari Aceh, kita belajar bahwa kekuatan arsip adalah kekuatan bangsa. Dari luka tsunami hingga syair sufistik, semuanya menjadi sumber inspirasi, pengetahuan, dan kebijakan. Aceh adalah pusat memori dunia yang menyala dari ujung barat Nusantara.”

Hari Kearsipan bukan sekadar perayaan birokratis, melainkan titik tolak untuk memperluas pemanfaatan arsip bagi publik, memperkuat SDM kearsipan, dan membangun ekosistem digital kearsipan yang menyatukan simpul informasi dari pusat hingga daerah. Semua itu adalah bagian dari kebangkitan nasional yang sejati: bangkit dalam pengetahuan, bangkit dalam budaya, bangkit dalam kedaulatan informasi.

Jayalah Kearsipan Indonesia!